Keluarga Militer Israel Serukan Penghentian Operasi di Gaza: Desakan untuk Kembali dan Revisi Kebijakan
- admin
- 0
kfoodfair2015.com – Keluarga-keluarga militer Israel telah membuat permintaan publik agar anggota mereka yang terlibat dalam operasi militer di Gaza menghentikan aksi tempur dan kembali ke rumah. Permintaan tersebut disampaikan melalui surat terbuka yang ditujukan kepada Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Kepala Staf Angkatan Darat, Herzl Halevi.
Sumber berita Anadolu Agency, mengutip Haaretz, menyatakan bahwa keluarga-keluarga ini mengekspresikan ketidaksetujuan mereka terhadap perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Dalam surat yang dikirim pada hari Selasa dan dilaporkan pada Kamis (13/6/2024), keluarga-keluarga tersebut menyerukan agar para tentara tersebut, “menghentikan pertempuran, meletakkan senjata, dan segera kembali.”
Selain itu, dalam surat tersebut, keluarga-keluarga militer juga mengkritik keputusan terbaru oleh parlemen Israel, Knesset, yang menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang membebaskan pria Ultra-Ortodoks dari wajib militer. Keluarga-keluarga tersebut menyatakan, “Tidak masuk akal bahwa undang-undang semacam ini disahkan sementara prajurit kami berkorban nyawa.”
Konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober lalu, setelah serangan dari Hamas ke Israel yang mengakibatkan kematian 1.200 warga Israel. Balasan dari Israel telah menyebabkan kematian 37.000 warga sipil Palestina dan kerusakan infrastruktur di Gaza hingga 70%.
Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata permanen terus berlangsung. Baru-baru ini, Dewan Keamanan PBB telah menyetujui sebuah resolusi yang mengusulkan gencatan senjata, yang juga mendapat dukungan dari Hamas, Jihad Islam, dan Otoritas Palestina. Hamas menyatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters, bahwa mereka mendukung resolusi tersebut yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan, pertukaran tahanan, rekonstruksi, dan pengembalian pengungsi, serta pengiriman bantuan yang diperlukan ke Gaza.
Meskipun demikian, Hamas meminta beberapa perubahan pada kesepakatan tersebut. Sementara itu, beberapa politisi sayap kanan Israel, termasuk Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, telah mengancam akan mundur dari kabinet jika proposal tersebut dilaksanakan, karena mereka percaya bahwa hal itu tidak akan sepenuhnya mengeliminasi Hamas. Penasihat Menteri, Reut Shapir Ben Naftaly, menyatakan bahwa Israel tetap berkomitmen pada demiliterisasi Hamas.