Strategi Koeksistensi Starlink dan Satria-1 di Pasar Telekomunikasi Indonesia
- admin
- 0
kfoodfair2015.com – Kehadiran layanan internet satelit Starlink, yang dikembangkan oleh perusahaan Elon Musk, di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap operasional Satelit Republik Indonesia (Satria-1). Menanggapi hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa kedua sistem satelit akan beroperasi tanpa mengganggu satu sama lain.
Perbedaan Orbit Satelit dan Pengaruhnya
Menkominfo Budi Arie Setiadi, dalam penjelasannya, menekankan perbedaan mendasar antara satelit Satria-1 dan Starlink. Satria-1 adalah satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) yang beroperasi pada ketinggian 36.000 km dari permukaan Bumi, sementara satelit Starlink berada pada orbit Low Earth Orbit (LEO) yang kisarannya hanya 500 km hingga 1.200 km. Kedua satelit ini berfungsi dalam orbit yang berbeda, menyiratkan bahwa tidak akan ada persaingan langsung yang merugikan salah satu pihak.
Fungsi dan Kapasitas Satria-1
Satria-1, yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, adalah sebuah satelit pemerintah dengan kapasitas 150 Gbps. Satelit ini dirancang untuk menyediakan akses internet dengan kecepatan 3-5 Mbps ke 37 ribu titik di Indonesia. Pemerintah berharap Satria-1 akan menjadi tulang punggung dalam menyediakan akses internet untuk berbagai layanan publik termasuk pendidikan, kesehatan, administrasi pemerintahan daerah, serta keamanan di wilayah perbatasan.
Ekspansi Starlink ke Pasar Ritel Indonesia
Elon Musk berencana untuk memperluas cakupan layanan Starlink di Indonesia, menargetkan pasar ritel setelah sebelumnya hanya melayani sektor korporasi. Starlink telah memperoleh lisensi sebagai penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP) dari Kominfo. Sebelum memulai penjualan layanan internet kepada publik, Starlink diwajibkan untuk menjalani Uji Laik Operasi (ULO).
Dengan kedatangan Starlink, pasar telekomunikasi satelit Indonesia akan menyaksikan integrasi layanan antara Starlink dan Satria-1 yang beroperasi dalam orbit berbeda. Menkominfo Budi Arie Setiadi memastikan bahwa kehadiran kedua satelit ini akan saling melengkapi, bukan bersaing, dengan Satria-1 yang mendukung kebutuhan publik dan Starlink yang memperluas layanannya ke pasar ritel. Regulasi yang telah diatur oleh Kominfo akan memastikan bahwa transisi ke pasar yang lebih luas ini berjalan lancar dan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan.